Pantauan di lapangan, kondisi bendungan yang dibangun sekitar 2002 lalu ini dikerjakan oleh PT Waskita Karya cukup memperihatinkan. Pagar pembatas bagian bawah sudah ada yang roboh. Banyak kayu kering melintang di pintu bendungan. Saluran irigasi tidak terawat sehingga banyak bagian pinggir aliran yang runtuh sehingga terjadi penyumbatan.
Warga Desa Air Lengit, Kecamatan Bunguran Tengah meminta Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Natuna bisa memanfaatkan bendungan tapau sebagai objek wisata lokal dan jangan dibiarkan terbengkalai begitu saja.
"Kalau melihat kondisinya saat ini cukup memperihatinkan dan sudah lama tidak ada perawatan sehingga bangunan infrastruktur bendungan sudah banyak yang retak. Bahkan bagian pintu pengatur air sudah berkarat akibat tidak pernah diberi pelumas," kata Sulaiman, warga Desa Air Lengit.
Kata Sulaiman, sejak bendungan itu dibangun, namun tidak dirawat dan dibiarkan begitu saja. Bendungan itu akhirnya digunakan warga sebagai tempat pemancingan ikan dan rekreasi.
Menurut Sulaiman, sesuai rencana bendungan tapau itu akan digunakan sebagai alat untuk pengairan persawahan di wilayah Kecamatan Bunguran Tengah. Namun lahan persawahan di Desa Air Lengit rata-rata keberadaannya jauh dari aliran irigasi yang dibuat oleh pemerintah. Sehingga hanya sebagian lahan persawahan saja yang bisa menikmati saluran irigasi, itu pun tidak bisa dimanfaatkan secara maksimal.
"Mendingan, bendungan tapau itu dijadikan lokasi wisata lokal saja. Dengan cara dibersihkan dan di poles supaya wisatawan lokal bisa memakai bendungan itu sebagai lokasi pemancingan," sarannya.